Rabu, 12 Oktober 2011
Sinopsis Film
Film Surat Kecil Untuk Tuhan yang diangkat dari kisah nyata dan novel berjudul sama, film ini menceritakan tentang Gita Sesa Wanda Cantika atau Keke (Dinda Hauw), seorang gadis remaja berusia 13 tahun yang cukup beruntung, karena lahir dari keluarga yang sangat berada, memiliki dua orang kakak laki-laki dan orang tua yang sangat menyayanginya. Selain itu Keke juga di kelilingi 6 sahabat karib yang selalu setia menemaninya dan hidupnya pun semakin lengkap dengan kehadiran seorang kekasih yang juga begitu menyayanginya yaitu Andy (Esa Sigit).
* Jenis Film : Drama/family
Produser : Sarjono Sutrisno
Produksi : Skylar Pictures
Durasi : 100 menit
* Pemain :
Alex Komang
Dinda Hauw
Esa Sigit
Ranty Purnamasari
Dwi Andika
Egi John Foreisythe
Sutradara : Harris Nizam
Penulis : Beby Hasibuan
Semuanya tampak begitu sempurna. Sampai kemudian kanker menghinggapinya. Keke adalah pengidap Rhabdomyosarcoma (Kanker Jaringan Lunak) pertama di Indonesia. Gadis cantik itu pun berubah menjadi”monster” hingga terpaksa harus menjalani serangkaian kemotrapi dan radiasi hampir setahun lamanya, akibatnya, semua,rambut Keke sedikit demi sedikit mulai rontok, kulitnya mengering, dan sering mual-mual. Ketekunan Keke dan keluarganya membuahkan hasil. Keke dinyatakan sembuh dan bisa kembali menjalani aktifitas seperti sedia kala.
Tak dinyana, setahun kemudian, kanker itu kembali, lebih parah dan mematikan. Sadar tak mungkin bertahan, tidak lantas membuatnya meyerah dan kalah. Semangatnya untuk tetap menjadi yang terbaik tak sedikitpun melemah. Seperti bintang Sirius yang tetap bersinar terang walau langit tertutup awan, sumber berita cineplex21.com.
TEH atau KOPI????
Selama berabad-abad, kopi telah dipuji karena memiliki sifat yang menyegarkan dan menyehatkan. Kopi merangsang aliran darah di otak dan mengurangi kelelahan mental. Inilah sebabnya kopi mempunyai kemampuan untuk membangkitkan semangat di pagi hari.
Namun ketika Anda ingin membandingkan mana yang lebih sehat antara kopi dan teh, maka jawabannya tergantung jenis kopi atau teh yang diminum dan bagaimana Anda mengolahnya, seperti dilansir Foxnews, Kamis (13/10/2011).
Teh umumnya mengandung zat antioksidan yang disebut dengan flavonoid, zat ini telah terbukti bisa membantu memperlambat atau menghambat reaksi kimia yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.
Namun bagi pecinta teh, mayoritas akan menginginkan teh dengan warna pekat alias teh hitam yang diseduh dengan waktu lama. Semakin lama teh disebuh maka kandungan kafein akan semakin tinggi.
Proses pengeluaran kafein itu akan semakian banyak dalam minuman akhir yang terlalu lama diseduh. Gambarannya kopi atau teh yang diseduh 5 menit kafein yang keluar akan semakin banyak dibanding kopi atau teh yang diseduh 3 menit.
Untuk mendapatkan warna hitam, orang cenderung akan menyeduh teh lebih lama ketimbang kopi. Sehingga jika dibandingkan, kopi akan lebih sehat dibandingkan dengan teh hitam.
Dengan dua cangkir kopi atau 300 mg kafein per hari, dapat meningkatkan suasana hati yang negatif. Menurut studi, minum kopi juga bisa mengurangi risiko penyakit Parkinson. Peminum kopi memiliki risiko sekitar 3 kali lebih rendah terkena penyakit Parkinson dibandingkan non-peminum kopi.
Penelitian tentang bahan kimia kopi menunjukkan bahwa secangkir kopi mengandung bahan kimia yang kuat, antioksidan pelindung yang menghambat sel dalam tubuh berkarat.
Kerusakan oksidatif telah dikaitkan dengan diabetes, arthritis dan kanker. Di antara banyak masalah kesehatan lainnya, antioksidan sangat membantu dalam mengurangi risiko beberapa penyakit dan kehidupan sel.
Kopi juga mengandung antioksidan flavonoid. Senyawa ini menunjukkan kekuatan pelindung terhadappenyakit jantung dengan mengurangi oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat). Jadi, kopi melindungi terhadap serangan jantung dan stroke. Tapi manfaat kopi akan lebih besar jika Anda meminumnya dengan sedikit atau bahkan tidak menggunakan gula (kopi hitam).
Tapi jika Anda minum teh hijau atau teh yang belum difermentasi, maka dapat dikatakan teh hijau adalah minuman sehat. Teh hijau kaya flavenol, yang akan hilang ketika teh difermentasi.
Intinya, jika Anda membandingkan kopi dan teh hitam, maka kopi adalah pilihan yang lebih sehat. Dan jika Anda membandingkan dengan teh hijau, maka teh hijau adalah pilihan yang lebih sehat dibandingkan kopi.
Sumber:
www.detik.com
Menurut saya tidak ada bedanya menikmati teh atau kopi asalkan tidak melebihi takaran maksimal meminum kedua minuman itu dalam satu hari, karena meminum teh atau kopi terlalu banyak dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan akan selalu kecanduan karena terlalu sering meminumnnya.
Namun ketika Anda ingin membandingkan mana yang lebih sehat antara kopi dan teh, maka jawabannya tergantung jenis kopi atau teh yang diminum dan bagaimana Anda mengolahnya, seperti dilansir Foxnews, Kamis (13/10/2011).
Teh umumnya mengandung zat antioksidan yang disebut dengan flavonoid, zat ini telah terbukti bisa membantu memperlambat atau menghambat reaksi kimia yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.
Namun bagi pecinta teh, mayoritas akan menginginkan teh dengan warna pekat alias teh hitam yang diseduh dengan waktu lama. Semakin lama teh disebuh maka kandungan kafein akan semakin tinggi.
Proses pengeluaran kafein itu akan semakian banyak dalam minuman akhir yang terlalu lama diseduh. Gambarannya kopi atau teh yang diseduh 5 menit kafein yang keluar akan semakin banyak dibanding kopi atau teh yang diseduh 3 menit.
Untuk mendapatkan warna hitam, orang cenderung akan menyeduh teh lebih lama ketimbang kopi. Sehingga jika dibandingkan, kopi akan lebih sehat dibandingkan dengan teh hitam.
Dengan dua cangkir kopi atau 300 mg kafein per hari, dapat meningkatkan suasana hati yang negatif. Menurut studi, minum kopi juga bisa mengurangi risiko penyakit Parkinson. Peminum kopi memiliki risiko sekitar 3 kali lebih rendah terkena penyakit Parkinson dibandingkan non-peminum kopi.
Penelitian tentang bahan kimia kopi menunjukkan bahwa secangkir kopi mengandung bahan kimia yang kuat, antioksidan pelindung yang menghambat sel dalam tubuh berkarat.
Kerusakan oksidatif telah dikaitkan dengan diabetes, arthritis dan kanker. Di antara banyak masalah kesehatan lainnya, antioksidan sangat membantu dalam mengurangi risiko beberapa penyakit dan kehidupan sel.
Kopi juga mengandung antioksidan flavonoid. Senyawa ini menunjukkan kekuatan pelindung terhadappenyakit jantung dengan mengurangi oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat). Jadi, kopi melindungi terhadap serangan jantung dan stroke. Tapi manfaat kopi akan lebih besar jika Anda meminumnya dengan sedikit atau bahkan tidak menggunakan gula (kopi hitam).
Tapi jika Anda minum teh hijau atau teh yang belum difermentasi, maka dapat dikatakan teh hijau adalah minuman sehat. Teh hijau kaya flavenol, yang akan hilang ketika teh difermentasi.
Intinya, jika Anda membandingkan kopi dan teh hitam, maka kopi adalah pilihan yang lebih sehat. Dan jika Anda membandingkan dengan teh hijau, maka teh hijau adalah pilihan yang lebih sehat dibandingkan kopi.
Sumber:
www.detik.com
Menurut saya tidak ada bedanya menikmati teh atau kopi asalkan tidak melebihi takaran maksimal meminum kedua minuman itu dalam satu hari, karena meminum teh atau kopi terlalu banyak dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan akan selalu kecanduan karena terlalu sering meminumnnya.
Chord dan Lirik lagu
Dewa 19
"Cinta Kan Membawamu"
"Cinta Kan Membawamu"
Intro F Am F Am Dm Am
F G Am
Tiba saat mengerti,
G C F
jerit suara hati
G Am
Letih meski mencoba
G F G
Melabuhkan rasa yang ada
Verse 2:
F G Am
Mohon tinggal sejenak
G C F
lupakanlah waktu
G Am
Temani air mataku
G F
teteskan lara
G Fm
Merajut asa, menjalin mimpi
Am G
endapkan sepi-sepi
Reff:
F Am
Cinta `kan membawamu
F Am Dm C
kembali disini, menuai rindu
A# G
Membasuh perih
F Am
Bawa serta dirimu
F Am
dirimu yang dulu
Dm C A# G
Mencintaiku apa adanya
Verse 3:
F G Am
Saat dusta mengalir
G C F
jujurkanlah hati
G Am
Tenangkan batin jiwamu
G F
genangkan cinta
G
Seperti dulu
F
saat bersama
Am G
tak ada keraguan
Int. F Am F Am Dm Am
F G Am
Tiba saat mengerti,
G C F
jerit suara hati
G Am
Letih meski mencoba
G F G
Melabuhkan rasa yang ada
Verse 2:
F G Am
Mohon tinggal sejenak
G C F
lupakanlah waktu
G Am
Temani air mataku
G F
teteskan lara
G Fm
Merajut asa, menjalin mimpi
Am G
endapkan sepi-sepi
Reff:
F Am
Cinta `kan membawamu
F Am Dm C
kembali disini, menuai rindu
A# G
Membasuh perih
F Am
Bawa serta dirimu
F Am
dirimu yang dulu
Dm C A# G
Mencintaiku apa adanya
Verse 3:
F G Am
Saat dusta mengalir
G C F
jujurkanlah hati
G Am
Tenangkan batin jiwamu
G F
genangkan cinta
G
Seperti dulu
F
saat bersama
Am G
tak ada keraguan
Int. F Am F Am Dm Am
http://www.chordfrenzy.com
EYD
Kesalahan Ejaan
Ada beberapa jenis ‘kesalahan’ ejaan. Yang pertama, adalah TYPE kesalahan pengetikan ynag sering terjadi karena tidak sinkron-nya otak dan jari.
Kedua, mungkin bukan kesalahan (karena disengaja), dan jadi trend di kalangan anak muda saat ini.
Contoh diambil dari status di jejaring sosial:
Ejaan baku masih sangat diperlukan, setidaknya di tiga ranah: pemerintahan, pendidikan, dan jurnalisme. Bahasa yang dipakai di Undang-undang, buku pelajaran, dan media cetak, idealnya menggunakan bahasa yang baik dan benar. Alasannya? Karena mereka akan dibaca seluruh orang di Indonesia! Mereka pedoman, penunjuk jalan.
selain di ketiga ranah tersebut atau media tulis tak resmi, para penulis bebas menuliskan kata-katanya.
EYD dalam karya sastra sangat di perlukan karena Sastra tidak sekadar apa yang ingin disampaikan, tapi juga bagaimana cara menyampaikannya. Seorang penulis diakui hebat di dunia sastra umumnya bukan karena faktor teknis seperti tata bahasa dan ejaan; ia diakui karena tulisannya berhasil menggugah dunia.
Ada beberapa jenis ‘kesalahan’ ejaan. Yang pertama, adalah TYPE kesalahan pengetikan ynag sering terjadi karena tidak sinkron-nya otak dan jari.
Kedua, mungkin bukan kesalahan (karena disengaja), dan jadi trend di kalangan anak muda saat ini.
Contoh diambil dari status di jejaring sosial:
mdah”n qw bsa mnGpai cmw xG qHu inGn kn n cmw hRapn oRg” xG qHu cXk…!!!
n mmbwt mrEka BhGia n bnGga…!!!
atau yang ini:
Yang ketiga, kesalahan ejaan karena tidak sesuai kaidah bahasa. Untuk bahasa Indonesia, sudah ada Pedoman EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan sebagai tempat untuk mengadu dan mencari pembenaran. Kesalahan ini lebih disebabkan oleh faktorignorance; ketidaktahuan.mkCh ya smua X bgi yG udH bRie uCpAn k’qHue,,,,,
moGa kliAn smUa shaT slalU
mf kloo g bSa blS sTu”
Ejaan baku masih sangat diperlukan, setidaknya di tiga ranah: pemerintahan, pendidikan, dan jurnalisme. Bahasa yang dipakai di Undang-undang, buku pelajaran, dan media cetak, idealnya menggunakan bahasa yang baik dan benar. Alasannya? Karena mereka akan dibaca seluruh orang di Indonesia! Mereka pedoman, penunjuk jalan.
selain di ketiga ranah tersebut atau media tulis tak resmi, para penulis bebas menuliskan kata-katanya.
EYD dalam karya sastra sangat di perlukan karena Sastra tidak sekadar apa yang ingin disampaikan, tapi juga bagaimana cara menyampaikannya. Seorang penulis diakui hebat di dunia sastra umumnya bukan karena faktor teknis seperti tata bahasa dan ejaan; ia diakui karena tulisannya berhasil menggugah dunia.
Dalam teori kompetensi bahasa, ada yang disebut grammatical competence, yaitu kemampuan mengenali dan menghasilkan struktur gramatikal tertentu dan menggunakannya secara efektif dalam komunikasi. Grammatical competence lebih bersifat teknis; hanya membahas aturan pada level kalimat, dan mengurusi hal-hal ‘kecil’ seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Lebih luas lagi, ada discourse competence, yaitu bagaimana merangkai kalimat-kalimat sehingga menghasilkan wacana yang kohesif sekaligus koheren. Kohesif berarti tulisan yang dihasilkan memiliki ‘benang merah’ yang memadukan tulisan tersebut sehingga tidak tercerai-berai, sedangkan koheren berarti tulisan yang dihasilkan merupakan wacana yang ‘masuk akal’, tidak sekadar kumpulan kalimat yang tidak jelas juntrungannya (nonsensical).
Lebih luas lagi, ada discourse competence, yaitu bagaimana merangkai kalimat-kalimat sehingga menghasilkan wacana yang kohesif sekaligus koheren. Kohesif berarti tulisan yang dihasilkan memiliki ‘benang merah’ yang memadukan tulisan tersebut sehingga tidak tercerai-berai, sedangkan koheren berarti tulisan yang dihasilkan merupakan wacana yang ‘masuk akal’, tidak sekadar kumpulan kalimat yang tidak jelas juntrungannya (nonsensical).
Disadari atau tidak, textual/discourse competence lebih banyak berperan dalam menghasilkan karya sastra yang menarik untuk dibaca. Saya bukan penikmat sastra kelas berat, tetapi menurut saya, novel yang menarik umumnya setidaknya memiliki jalan cerita yang kuat benang merahnya, dan makna yang mendalam, yang bahkan bisa mempengaruhi pikiran dan perasaan pembacanya.
Lalu, apakah dengan demikian tata bahasa serta merta dapat diabaikan? Mungkin kita perlu melihat apa yang disampaikan dalam tulisan ini:
A lot of writers try to skip over the basics and leap fully-formed out of their own head-wombs. Bzzt. Wrongo. Learn your basics. Mix up lose/loose? They’re/their/there? Don’t know where to plop that comma, or how to use those quotation marks? That’s like trying to be a world-class chef but you don’t know how to cook a goddamn egg. Writing is a mechanical act first and foremost. It is the process of putting words after other words in a way that doesn’t sound or look like inane gibberish.
Kalau boleh saya berpendapat, ada baiknya memang, seorang sastrawan juga didampingi oleh seorang editor (atau biasanya memang demikian?). Sastrawan bertugas mengelaborasi ide dan menghasilkan karya, sementara editor mengurusi hal-hal remeh-temeh yang tak layak dikerjakan oleh seorang sastrawan besar. Win win solution kan?
Bagi sebagian orang mungkin iya. Bagi sebagian lagi, ada yang namanya style, identity, dan ego. Ketiganya merujuk ke diri si penulis sendiri; bahwa tulisan yang dihasilkannya adalah hak prerogatif dirinya. Jadi apapun yang ia hasilkan, sudah melalui proses ‘editing’ di dalam pikirannya sendiri. Orang lain dilarang ikut campur; boleh mengritik seperti apapun, tetapi karyanya tetap tidak boleh diutak-atik. Untuk karya sastra, saya cenderung lebih senang kalau si penulis mau taat pada EYD, meskipun kalaupun tidak, toh tidak akan berpengaruh terlalu besar pada ide hebat yang ingin disampaikannya. Akan tetapi, untuk peraturan, buku teks, dan surat kabar, tata bahasa adalah harga mati!
Sumber:
http://amed.wordpress
Sumber:
http://amed.wordpress
Chord dan Lirik lagu
IPANG
"Sahabat Kecil"
"Sahabat Kecil"
[intro] A D 2x
A Bm D
baru saja berakhir
A Bm D E
hujan di sore ini
C#m D
menyisakan keajaiban
Bm C#m D E F#m
kilauan indahnya pelangi
A Bm D
tak pernah terlewatkan
A Bm D E
dan tetap mengagumiNya
C#m D
kesempatan seperti ini
Bm C#m D E A
tak akan bisa dibeli
E-D C#m
bersamamu kuhabiskan waktu
Bm A E
senang bisa mengenal dirimu
D C#m
rasanya semua begitu sempurna
Bm C#m Dm
sayang untuk mengakhirinya
[interlude] A A
A E D
F#m D E
A Bm D
lawan keterbatasan
A Bm D E
walau sedikit kemungkinan
C#m D
takkan menyerah untuk hadapi
Bm C#m D E
hingga sedih tak mau datang lagi...
A D A D
D C#m
bersamamu kuhabiskan waktu
Bm A E
senang bisa mengenal dirimu
D C#m
rasanya semua begitu sempurna
Bm C#m Dm
sayang untuk mengakhirinya
A
janganlah berganti
A
janganlah berganti
A
janganlah berganti
F#m D E
tetaplah seperti ini
A E D
A C#m D
A E D
A C#m D E
[ending] A D 4x
A E D
Bm
A Bm D
baru saja berakhir
A Bm D E
hujan di sore ini
C#m D
menyisakan keajaiban
Bm C#m D E F#m
kilauan indahnya pelangi
A Bm D
tak pernah terlewatkan
A Bm D E
dan tetap mengagumiNya
C#m D
kesempatan seperti ini
Bm C#m D E A
tak akan bisa dibeli
E-D C#m
bersamamu kuhabiskan waktu
Bm A E
senang bisa mengenal dirimu
D C#m
rasanya semua begitu sempurna
Bm C#m Dm
sayang untuk mengakhirinya
[interlude] A A
A E D
F#m D E
A Bm D
lawan keterbatasan
A Bm D E
walau sedikit kemungkinan
C#m D
takkan menyerah untuk hadapi
Bm C#m D E
hingga sedih tak mau datang lagi...
A D A D
D C#m
bersamamu kuhabiskan waktu
Bm A E
senang bisa mengenal dirimu
D C#m
rasanya semua begitu sempurna
Bm C#m Dm
sayang untuk mengakhirinya
A
janganlah berganti
A
janganlah berganti
A
janganlah berganti
F#m D E
tetaplah seperti ini
A E D
A C#m D
A E D
A C#m D E
[ending] A D 4x
A E D
Bm
Sabtu, 01 Oktober 2011
RAGAM BAHASA
RAGAM BAHASA
Bahasa dalam perwujudannya merupakan struktur, mencakup strukur bentuk dan makna. Dengan menggunakan wujud bahasa itu, manusia saling berkomunikasi satu sama lain, sehingga dapat saling berbagi pengalaman dan saling belajar untuk meningkatkan intelektual (Depdiknas, 2003). Dengan bahasa, segala ilmu pengetahuan yang diciptakan atau ditemukan manusia dapat disebarluaskan kepada orang lain, ke daerah lain untuk kepentingan kesejahteraan manusia secara umum. Kehidupan pun semakin hari semakin baik berkat penemuan-penemuan baru oleh para ilmuwan. Namun setinggi apapun sebuah penemuan, apabila tidak disebarluaskan kepada sesama manusia maka ilmu pengetahuan tersebut tidak akan bermanfaat bagi manusia lain. Selain itu, ilmu pengetahuan tersebut juga harus disampaikan dengan mengunakan bahasa yang dipahami orang lain. Oleh karena itu, apabila sebuah ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh seorang ilmuwan, kemudian ditulis dengan menggunakan bahasa yang hanya dikuasai oleh ilmuwan tersebut, maka orang lain akan mengalami kendala dalam pemahaman ilmu pengetahuan tersebut. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menerjemahkan buku tersebut ke dalam berbagai bahasa, khususnya ke dalam bahasa yang dipahami oleh orang yang memerlukan ilmu pengetahuan tersebut, sehingga pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dalam buku tersebut menjadi maksimal.
Selain penyampaian informasi atau ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh pemakai informasi atau pemakai ilmu pengetahuan, maka di dalam penyampaiannya harus memperhatikan struktur bahasa. Karena bahasa merupakan rangkaian kalimat dan kalimat merupakan rangkaian katakata yang disusun berdasarkan struktur bahasa yang berlaku sehingga memiliki makna. Apabila struktur bahasa yang digunakan tidak baik atau tidak sesuai kaidah bahasa yang berlaku, maka makna kalimat juga menjadi tidak jelas atau memunculkan makna ambigu. Dengan demikian akan terjadi penafsiran yang berbeda. Apabila sebuah ilmu pengetahuan telah salah ditafsirkan atau salah dalam pemahaman oleh pembaca, yang terjadi adalah kesalahan penerapan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan seharihari. Penemuan intelektual yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia lain ternyata tidak bermanfaat karena kesalahan struktur bahasa.
Kesalahan berbahasa tidak hanya ditemukan dalam penyampaian informasi baru seperti di atas, tetapi sering ditemukan dalam kehidupan seharihari. Kesalahan pemilihan kata, penyusunan sruktur kalimat dalam berbahasa disebabkan banyak faktor. Kalau mencari kesalahan tanpa pemperhatikan pembetulannya, maka kita akan sering menyalahkan orang tetapi tidak pernah mengetahui hal yang benar, yang akhirnya kesalahan tetap berjalan. Salah satu cara memperbaiki kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi dalam kehidupan seharihari adalah dengan memberi penekanan pada kegiatan berbahasa di dunia pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan memuat sejumlah mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Semua mata pelajaran tersebut disampaikan dengan menggunakan bahasa. Di Indonesia, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mayoritas adalah bahasa Indonesia, di samping bahasa lain karena situasi menghendaki penggunaan bahasa pengantar selain bahasa Indonesia. Di dalam kehidupan seharihari, pemakai bahasa juga menggunakan bahasa yang bervariasi sesuai dengan kemampuan penutur dan lingkungan penutur berada. Di Indonesia kita menemukan banyak bahasa daerah selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Ragam bahasa yang bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi ini muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi (Subarianto, 2000). Ini tidak hanya terjadi di dunia pendidikan saja tetapi di seluruh aspek kehidupan manusia.
Kridalaksana (1985) mengungkapkan bahwa bahasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasivariasi bahasa yang dipakai menurut keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu. Variasi itu disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal ini karena bahasa Indonesia amat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak terelakkan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana (1997). Karena kita dapat merencanakan perubahan bahasa secara secara berkesinambungan seiring perubahan waktu, maka keefektifan berbahasa tentu dapat terkontrol. Artinya kebenaran dan ketidakbenaran dalam berbahasa dapat dianalisis. Kita juga dapat senantiasa mengontrol diri dalam berbahasa sehingga bahasa yang kita gunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku saat ini. Perkembangan atau penambahan perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia harus sesuai dengan kaidah penyerapan bahasa. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan dalam kurun waktu singkat, perbendaharaan bahasa Indonesia meningkat lebih banyak seiring perkembangan zaman. Kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia tidak hanya bahasa asing, tetapi juga bahasa daerah. Katakata tersebut penggunaannya juga dibedakan dengan penggunaan kata asing dalam bahasa Indonesia. Misalnya, semua kata asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia harus dicetak miring atau digaris bawah sedangkan kata asing yang sudah menjadi milik bahasa Indonesia penulisannya tidak dicetak miring atau digarisbawahi.
Ragam bahasa menurut jenis pemakainya dapat dibedakan menjadi tiga: (1) ragam dari sudut pandang bidang atau pokok persoalan; (2) ragam menurut sasaran; dan (3) ragam yang mengalami gangguan pencampuran. Setiap penutur bahasa bergerak dan bergaul dengan berbagai lingkungan masyarakat dengan tata cara pergaulan yang berbeda. Oleh karena itu penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
.
BAHASA DI SEKOLAH
Bahasa di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran dengan nama mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (pada KBK). Hal ini karena di dalam pelajaran ini tidak hanya unsur kebahasaan tetapi juga terdapat unsur sastra, sehingga pada kurikulum KBK terdapat nilai bahasa dan nilai sastra. Kegiatan berbahasa dan bersastra terdiri dari empat aspek, yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar karena dunia pendidikan adalah lembaga resmi atau formal yang harus menggunakan bahasa resmi. Bahasa pengantar pendidikan untuk daerah-daerah tertentu menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar untuk kelas rendah di Sekolah Dasar (SD). Tetapi untuk sekolah berkategori standar nasional atau standar internasional mereka menggunakan dua bahasa dalam proses pembelajaran (bilingual) untuk mata pelajaran tertentu. Penggunaan bahasa di lingkungan pendidikan pada prinsipnya harus disesuaikan dengan keadaan sekolah termasuk keadaan siswa dan guru sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran. Pemakaian bahasa di sekolah seharusnya sesuai dengan ketentuan penggunaan bahasa di lingkungan formal karena sekolah adalah lembaga formal. Penyimpangan penggunaan bahasa merupakan suatu kebijaksanaan berdasarkan situasi yang ada.
Sebagai sebuah mata pelajaran, yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia, harus diberikan dengan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya di tingkat SMP/MTs merupakan kelanjutan kurikulum di tingkat sekolah dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs secara umum memuat praktik kebahasaan. Dalam proses pembelajaran keberhasilan praktik berbahasa sangat ditentukan oleh unsur kebahasaan. Penguasaan kebahasaan siswa walaupun telah diperoleh ketika di sekolah dasar, namun dalam kegiatan praktik kebahasaan di SMP/MTs masih dijumpai kesalahan. Oleh karena itu unsur kebahasaan harus tetap diajarkan di tingkat SMP walaupun di dalam kurikulum tidak termuat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Bagaimana caranya supaya unsur kebahasaan dapat diajarkan tanpa mengurangi kompetensi dasar atau menambah jam pelajaran sesuai waktu efektif yang telah ditentukan kurikulum? Salah satu caranya adalah dengan menyelipkan setiap unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar yang mempunyai keterkaitan antara keduanya. Pendistribusian unsur kebahasaan ini harus dipertimbangkan secara matang dan secara keseluruhan sehingga tidak tumpang tindih dan menyita waktu yang akhirnya akan terjadi pembengkakan waktu sebuah kompetensi dasar. Apabila hal ini terjadi, maka ketuntasan pencapaian kurikulum dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran juga akan terhambat.
Kompetensi dasar yang terdapat di dalam kurikulum merupakan batas minimal yang harus diberikan kepada siswa. Artinya, dalam kurun waktu tertentu, seorang siswa harus menguasai sejumlah kompetensi dasar minimal yang telah ditetapkan kurikulum. Hal ini berarti, seorang guru berhak menambahkan materi pelajaran yang dapat menunjang ketercapaian sebuah kompetensi dasar. Penambahan materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara menambahkan satu atau dua indikator yang berisi unsur kebahasaan yang menunjang kompetensi dasar tersebut.
Penambahan unsur kebahasaan ini dapat dijumpai di beberapa buku paket mata pelajaran bahasa Indonesia. Banyak buku yang menambahkan sebagai kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan inti. Penambahan ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam penguasaan materi pelajaran sekaligus sebagai sarana mengingat kembali materi yang telah dipelajari siswa. Misalnya empat metode penyampaian pidato diselipkan dalam kompetensi dasar berpidato/berceramah/berkhotbah. Artinya sebelum/setelah siswa melakukan praktik berpidato, maka siswa juga harus mengetahui metode penyampaian pidato. Sedangkan penilaian kegiatan ini difokuskan pada keterampilan siswa dalam berpidato seperti kepercayaan diri/keberanian, penguasaan materi, penampilan dan ekspresi, dan vokal. Pengetahuan tentang metode berpidato sebagai materi tambahan supaya siswa mampu melaksanakan praktik berbahasa (berpidato) dengan baik.
.
UNSUR KEBAHASAAN DALAM BAHASA INDONESIA
Ada banyak unsur kebahasaan dalam bahasa Indonesia yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran di SMP/MTs. Apabila guru mampu menyelipkan atau menambahkan unsur kebahasaan tersebut ke dalam kompetensi dasar yang sesuai, maka keterampilan berbahasa siswa akan semakin tinggi.
Dalam menambahkan unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah dan kemampuan siswa karena pada prinsipnya penambahan ini bertujuan untuk mengefektifkan proses pembelajaran dan untuk mempermudah siswa dalam penguasaan kompetensi dasar. Oleh karena itu urutan di atas hanyalah sebagai alternatif sehingga apabila sesuai dapat digunakan tetapi jika tidak sesuai tentu ada perbedaan situasi antara satu daerah dengan daerah lain dilihat dari berbagai segi.
Dari pengelompokkan tersebut, penulis akan memberikan satu contoh gambaran mengapa unsur kebahasaan harus dimasukkan ke dalam sebuah kompetensi dasar yang dianggap relevan. Pada kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, guru dapat menggunakan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung sebagai unsur penunjang kebahasaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menulis naskah drama dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, salah satunya adalah penggunaan kalimat langsung dialog para tokoh di dalam naskah drama. Hal ini dapat dilakukan siswa dengan baik apabila siswa telah memahami perbedaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, siswa telah memahami cara penempatan tanda baca yang tepat. Tetapi apabila siswa telah mampu dengan baik membedakan kalimat langsung dan tidak langsung, maka unsur penunjang yang dapat dimasukkan ke dalam kompetensi dasar ini adalah penggunaan kata baku dan kata tidak baku dalam naskah drama, karena bahasa pengantar dalam naskah drama harus menggunakan bahasa baku, sedangkan di dalam dialog, seorang tokoh dapat menggunakan katakata yang tidak baku. Jadi unsur kebahasaan yang bisa dimasukkan tentunya disesuaikan dengan kemampuan dasar atau intake siswa.
Kesalahan unsur kebahasaan yang sering dilakukan siswa adalah kesalahan penggunaan unsur kebahasaan dalam kegiatan praktik berbahasa. Oleh karena itu, guru dapat memberikan materi secara berulang-ulang dan dimasukkan ke dalam beberapa kompetensi dasar. Misalnya penggunaan tanda baca dan penulisan kata yang dirangkai atau dipisah sehubungan dengan perbedaan penggunaan awalan dan kata depan. Kesalahan penulisan ini sering dilakukan siswa. Tidak hanya siswa SMP/MTs saja, bahkan siswa SMA atau mahasiswa pun sering melakukan kesalahan serupa. Oleh karena itu setiap kegiatan berbahasa khususnya menulis selalu ditekankan kegiatan menyunting tulisan sendiri atau tulisan teman. Hal ini dimaksudkan supaya siswa mampu menulis atau berbahasa dengan baik sesuai kaidah yang berlaku. Tetapi apabila ketentuan yang berhubungan dengan tanda baca dan cara penulisan tidak dikuasai siswa atau sering dilupakan, maka yang terjadi adalah kesalahan yang berulang-ulang yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diperbaiki.
Sebuah kompetensi dasar tentu selalu berkaitan dengan kompetensi dasar yang lain. Menurut pemikiran banyak orang, apabila seorang siswa sudah menguasai sebuah kompetensi dasar, maka siswa tersebut siap untuk melanjutkan ke kompetensi dasar berikutnya secara berkesinambungan. Tetapi yang sering terjadi adalah siswa sering lupa dengan kompetensi yang telah dikuasainya sehingga apabila digabungkan dengan kompetensi yang lain mereka mengalami kesulitan. Satu hal yang saat ini masih melekat di hati sebagian besar siswa adalah apabila siswa telah menyelesaikan sebuah kegiatan proses pembelajaran atau satu kompetensi dasar, maka mereka merasa terbebas dari beban yang menekannya sehingga mereka mudah melupakannya. Keadaan seperti inilah yang membuat bahasa haruslah digunakan secara berkelanjutan dan dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan. Dan sebagai guru tentunya akan selalu mengingatkan siswa untuk selalu mengingat kompetensi yang telah dikuasai dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Apabila hal ini berjalan dengan baik di seluruh wilayah Indonesia, maka semua siswa khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya akan dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi ia berada.
Perhatian lebih kepada praktik berbahasa yang selalu memperhatikan aspek kebahasaan di sekolah merupakan salah satu upaya pembenahan kesalahan-kesalahan berbahasa di masyarakat. Kegiatan ini bukan berarti menyepelekan bahasa daerah atau bahasa asing bahkan bahasa pergaulan. Berbagai bahasa hendaknya dipupuk dan dipelihara serta digunakan dalam kehidupan seharihari. Namun yang perlu ditekankan adalah kapan kita menggunakan sebuah bahasa sesuai dengan situasi dan kondisi. Pembelajaran kesadaran pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi inilah yang sampai saat ini sulit direalisasikan dalam kehidupan seharihari. Secara umum siswa dan mahasiswa bahkan masyarakat mengetahui dan memahami secara baik perbedaan bahasa baku dan bahasa tidak baku. Namun kebiasaan dan kesadaran berbahasa yang baik belum meluas. Secara umum masyarakat dianggap mampu berbahasa dengan baik apabila kedua belah pihak saling mengerti isi informasi tanpa memperhatikan efek dari praktik berbahasa tersebut.
sumber:
fungsi/peranan bahasa indonesia
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Dalam mengembangkan diri, seorang individu akan berusaha untuk beradaptasi dengan bahasa yang ada di lingkungannya. Penelitian Chomsky tentang gen dan bahasa mengungkapkan bahwa seorang individu memiliki kemampuan alami untuk memahami bahasa secara umum yang akan beradaptasi untuk lebih spesifik memahami bahasa yang digunakan di lingkungannya. Proses adaptasi bahasa dalam seorang individu memandunya untuk mengidentifikasikan dirinya pada kelompok yang memiliki bahasa yang sama dengan dirinya. Maka dari itu proses alamiah tersebut perlahan membentuk ikatan sosial antara individu dengan individu yang lain dalam sebuah kelompok masyarakat.
Bahasa Indonesia ialah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia Kata "Indonesia" berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu Indos yang berarti "India" dan nesos yang berarti "pulau". Jadi kata Indonesia berarti kepulauan India , atau kepulauan yang berada di wilayah IndiaBahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia , pada tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan , Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat indonesia
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal daribahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal daribahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.
Dalam kedudukannya, Bahasa Indonesia mempunyai 2 kedudukan yaitu:
- Bahasa Nasional
Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi.
Keempat fungsi tersebut ialah sebagai:
1.lambang identitas nasional,
2.lambang kebanggaan nasional,
3.alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda beda
4.alat perhubungan antarbudaya dan daerah.
2. Bahasa Negara
Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1.bahasa resmi negara,
2.bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3.bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan,
4.bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Bahasa Indonesia baku
Bahasa Indonesia yangbaku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang-orang terdidik dan yangdipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yangbaku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksuddengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yangtetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia baku dipakai dalam:
1.komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi resmi
atau undang-undang;
2.tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu
pengetahuan;
3.pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato; dan
4.pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.
Bahasa Indonesia yang
1.komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi resmi
atau undang-undang;
2.tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu
pengetahuan;
3.pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato; dan
4.pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia . Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia , semakin dibakukan.
Dalam kedudukan resminya sebagai bahasa negara dan bahasa kebangsaan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia ), Bahasa Indonesia secara bertahap dan sistematis mengalami penyempurnaan ejaannya.
Pada tahapan terakhir, tanggal 16 Agustus 1972 Ejaan Bahasa Indonesia dibakukan sesuai dengan EYD dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.
Konsep Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) menjelaskan bahwa Ilmiah adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan.
Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Agar sesuatu dapat disebut sebagai Ilmu, Ada 4 Persyaratan Ilmiah, yakni:
1. Obyektif, Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis, Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Sumber:
//2011/01/asal-usul-bahasa-indonesia.html
//.wordpress.com/2008/01/29/peran-bahasa-indonesia-dalam-usaha-persatuan-indonesia.html
Langganan:
Postingan (Atom)